Tulisan ini berangkat dari mendengarkan Podcast-nya bang Iqbal Hariadi di Spotify 'Hidup Minimalis: 7 Hal Penting Dalam Hidup Yang Perlu Lo Kurangin' (di sini)
Menurut KBBI kata minimalis berarti berkenaan dengan penggunaan unsur-unsur yang sederhana dan terbatas untuk mendapatkan efek atau kesan yang terbaik. Dengan kalimat lain, minimalis berarti dengan sesuatu yang sederhana saja kita sudah bisa mendapatkan/membuat sesuatu yang terbaik.
Saya pribadi memaknai hidup minimalis sebagai hidup yang terisi dengan hal-hal yang kita butuhkan saja. Jadi hal-hal yang sekadar keinginan dinomorduakan. Sedangkan menurut Bang Iqbal Hariadi dalam prodcastnya, minimalis itu menyederhanakan. Jadi kalau kita punya lebih sedikit opsi tentang suatu hal maka akan memudahkan kita untuk fokus pada hal-hal yang paling penting (kurangi opsi-opsi yang kurang penting, fokus ke hal-hal yang paling penting). Tapi intinya sama, minimalis berarti sederhana. Yang sederhana itu yang gimana? Ya yang minimalis. Begitu aja terus sampai negara api menyerang. Wkwkwk.
Nah, di sini saya akan menulis ulang tips dari Podcast-nya bang Iqbal Hariadi, tujuh hal penting dalam hidup yang perlu kita kurangin untuk hidup minimalis.
- Less apps and less notification. Ini penting banget. Karena hidup kita nggak pernah lepas dari handphone. Dengan aplikasi yang online sepanjang waktu notifikasi bisa datang kapan saja. Padahal notifikasi-notifikasi yang datang juga belum tentu penting, bahkan lebih banyak dari Media Sosial, atau kalaupun dari aplikasi chat (WA misalnya) paling juga notifikasi grup yang bukan hal-hal urgent untuk ditindaklanjuti. Nah, coba deh teman-teman liat lagi aplikasi-aplikasi di handphone-nya, yang memang jarang dipakai atau bahkan sejak pertama di-install sudah nggak pernah dipakai lagi. Notifikasinya juga diatur lagi. Saya pribadi sudah lama mempraktikkan ini. Misalnya Game - biasanya iklan-iklan game banyak yang menggiurkan jadi terbujuk untuk install padahal mainnya cuma sekali. Besok-besok udah nggak sempat. Sudah lima tahun terakhir saya hanya punya dua game di handphone yang jarang dimainkan. Sedangkan notifikasi aplikasi saya non aktifkan, kecuali Telegram karena dipakai kerja sehari-hari, dan Gojek (biar tahu go-food-nya sudah diantar apa belum. hehehe). Email, WA, SMS akan saya cek sewaktu-waktu. Notifikasi media sosial juga semua dinonaktifkan karena merasa nggak punya kebutuhan di situ. Dengan aplikasi dan notifikasi yang secukupnya sesuai kebutuhan, kita jadi lebih punya kendali terhadap apa yang mau kita lakukan. Hidup juga lebih tenang karena yang menyela lebih sedikit.
- Mindless scrolling. Ini satu yang saya tandai terang-terang. Bold, Underline, Italic. Red. Hehehe. Karena ini yang kena banget ke diri saya. Mindless scrolling ini artinya kita scrolling updates dari akun-akun yang kita follow tanpa punya tujuan kita mau cari informasi apa. Sampai sekarang saya masih berjuang untuk meninggalkan mindless scrolling ini, khususnya di IG. Beberapa waktu lalu bahkan saya sempat menonaktifkan sementara akun IG untuk menghindari perilaku ini. Tapi jujur memang susah banget. Setelah 6 bulan nggak nge-IG dan ketika balik aktif akun lagi tetap saja masih mindless scrolling. Gambar memang selalu berhasil menarik perhatian. Menurut bang Iqbal Hariadi dari podcast-nya kita bisa mengawali kurangin Mindless scrolling ini dengan unfollow akun-akun yang nggak ngaruh sama hidup kita atau yang informasinya itu nggak related sama kebutuhan kita. Karena informasi yang banyak dan beragam akan bikin otak kita juga harus switching dari satu hal ke hal yang lain secara cepat. Jadi berasa otak kita penuh padahal penuhnya oleh informasi yang nggak penting juga buat kita. Malah informasi yang penting jadi tertutup sama yang nggak penting itu.
- Less network/ less friendship dengan mengurangi network yang tidak penting. Ini terkesan sedikit sombong mungkin. Hehehe. Tapi nggak kok. Kita adalah gambaran dari teman-teman dekat kita (walaupun tidak seluruh diri kita juga, hehehe). Banyak teman itu baik. Pilih-pilih teman itu tidak baik. Tapi apakah iya kita mau buang-buang waktu dengan pertemanan yang sama sekali tidak menumbuhkan kita? Jadi pintar-pintarlah membawa diri ke dalam lingkaran pertemanan yang membaikkan.
- Less eat. You are what you it. Makan yang sehat supaya tubuh sehat. Sebelumnya saya pernah membaca tentang hal serupa di Simple Life dari Desi Anwar tentang mengurangi konsumsi gula. Bahkan saya sempat mempraktikkannya, tapi tidak berhasil. Hehehe. Tapi ini penting teman-teman. Sebisa mungkin makan yang sehat, kurangi yang jelas-jelas nggak sehat.
- Less clothes. Untuk mengurangi pakaian saya setuju dengan bang Iqbal merekomendasikan buku dari Marie Kondo "The Life-Changing of Tidying Up". Dalam buku ini ada metode yang disebut Kon-Mari, dimana kita mengisi rumah, lemari, tas, koleksi buku-buku, sampai pakaian yang kita pakai hanya dengan yang membuat kita bahagia. Spark joy. Jadi kalau benda itu sudah tidak memberi "rasa bahagia" lebih baik dibuang atau disumbangkan. Ngomong-ngomong soal less clothes saya baru tau dari Podcast ini, bahwa orang-orang hebat di dunia yang selalu kita lihat tampil dengan baju itu-itu saja, ternyata alasannya ini ya - dengan punya lebih sedikit pakaian akan membuat kita lebih cepat memutuskan pakai baju apa, karena pertanyaan "hari ini pakai baju apa?" adalah pertanyaan yang sangat tidak perlu, waktunya bisa dipakai untuk memikirkan hal lain yang lebih penting. Selama ini saya berpikir alasannya adalah karena kesederhanaan orangnya saja. Ternyata maknanya lebih dalam. Wkwkwk. Mau dicoba.
- Less buying. Beli yang dibutuhkan saja. Daripada hanya menuh-menuhin rumah kan? Saya selalu ditawari oleh mbak-mbak Al*a untuk beli ini itu karena diskon, "Udah nggak usah mbak, saya gak makan Tan*o". Iya buat apa juga dibeli kalau tidak dipakai. Semurah apapun. Hehehe. Dalam buku Marie-Kondo (nomor 5) juga ada bagian tentang less buying. Disarankan ketika membeli satu barang baru maka satu barang lama yang sejenis perlu dilepaskan.
- Less complain. Hidup itu bukan untuk diprotes, tapi untuk dijalani. Kalau lancar bersyukurlah, kalau ada masalah diselesaikan sekaligus disyukuri juga berarti kita masih hidup. Untuk ini saya rekomendasi bukunya Mark Manson "The Subtle Art of Not Giving a F*ck".
Itulah tujuh hal-hal yang perlu kita kurangi untuk hidup minimalis versi bang Iqbal Hariadi dan saya setuju. Praktiknya boleh beragam dari mana karena itu tergantung pola hidup masing-masing. Intinya segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik.
Let's live simple.
0 comments:
Post a Comment