Sunday 26 August 2018

Pelajaran Beruntun

Tiba-tiba ingat beberapa kejadian, beruntun beberapa. Hatinya jadi tidak enak. Tapi juga tidak bisa melakukan apa-apa. Eh ada yang bisa, terima, biarkan waktu yang bawa pergi.

Saya selalu senang belajar dari orang lain. Belajar dari kehidupan orang lain, melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, dari yang paling dekat dan bisa tersentuh seperti Bapak dan Ibu di rumah. Dari film dan lagu yang dalam layar dan udara yang tidak tersentuh. Dari mereka yang berlalu lalang di depan belakang kita. Sampai kucing imut yang sekedar lewat. Kadang dari hal-hal sederhana kehidupan di luar, kita justru menemukan alasan untuk kita menerima masalah kita. Semua pasti ada penjelasannya, pasti ada alasan baiknya. Cuma belum waktunya saja.

Nah, sekarang saya mau cerita.

Pertama, kemarin berteman sangat dekat sama seorang teman, dari pertemanan itu saya belajar, satu, Tuhan Maha membolak-balikkan hati, jangan ragu sedikit pun soal itu.  Kebanyakan kita tahu fakta itu, tapi masih sering lupa sehingga jadi memaksakan permintaan ke Allah, maunya sekarang. Padahal proses-Nya Allah selalu bisa bikin kita belajar. Iya, belajar sabar. Dan lulus itu bukan ukuran kita, tapi ukuran-Nya Allah. Percaya saja kalau sudah waktunya, pasti berganti kok.

Dua, hidayah Islam itu nikmat tidak terhingga (maaf ini bagi yang muslim yaa..). Islam itu bisa ada di KTP kita, sudah diakui Allah sebagai keimanan, Insyaallah. Tapi hal lain lagi dengan menjadikan Islam itu sebagai kehidupan kita. Saya bukan anak pesantren, dan juga masih belajar memperdalam pemahaman agama. Tapi saya ingin bilang ini ke kita semua, kalau kamu, saya, kita, seorang muslim yang sudah otomatis Sholat 5 waktu tidak perlu diingatkan, puasa ramadhan sudah otomatis sahur tidak sahur pasti puasa, sakit pun selama belum sekarat-sekarat banget tetap mau puasa, maka bersyukurlah sebanyak mungkin sama Allah. Jaga nikmat hidayah itu baik-baik. Karena banyak di luar sana, ada, yang sholat dan puasa yang wajib itu masih susah banget. Bukan karena dia belum tau sholat itu wajib, puasa itu wajib. Bukan dia nggak tau tentang konsekuensinya. Tapi hidayah itu belum ada di hatinya. Allah belum kasih. Semoga kita semua selalu didekatkan hatinya pada-Nya yaa. Amiin.

Kedua, beberapa waktu lalu sempat kolaborasi pekerjaan sama teman, tidak cukup lama, tapi saya cukup belajar. Hati-hati sama perasaan 'merasa paling'. Paling sibuk, paling susah, paling sedih, paling pintar, paling banyak tugasnya, dan paling-paling yang lainya. Juga paling gendut #eh. Karena ukuran cukupnya manusia itu belum tentu benar. Kadang kita merasa tugas kita cukup segini saja seharusnya, yang lain bahkan tugasnya lebih sedikit. Ya, itu menurut pandangan kita. Karena mata kita 2 dan kita tidak bisa melihat semua sisi secara bersamaan. Di luar sana, banyak banget teman-teman yang tugasnya jauh lebih banyak daripada kita. Jangan keseringan melihat ke dalam, sekali-kali buka jendela lebar-lebar, atau sekalian buka pintu jalan ke luar. Pergi lebih jauh, lihat lebih dekat, rasakan lebih banyak. Semua itu akan menjadi nilai tambah untuk diri kita. Entah itu ilmu atau pengetahuannya, sabarnya, cara berpikir, cara mengambil keputusan, hubungan dengan orang lain, dan sebagainya.

Ketiga, dua bulan kemarin, Juni-Juli, sempat mengambil alih tugas teman, membantu. Saat itu seketika saya sadar, saya belajar, satu, betapa nikmatnya waktu luang. Nah ini juga yang membuat saya ditegur dengan perasaan 'merasa paling'. Berangkat pagi, pulang malam, Sabtu-Minggu juga. Kalau bernapas itu tidak otomatis, mungkin saya juga sudah lupa napas. Hehehe. Saat itu semua perasaan campur aduk, dari senang (karena bisa), semangat (karena belajar yang baru lagi, dapat teman baru juga), seru (karena hectic tidak berhenti-berhenti, tau-tau saja sudah gelap, hehe), takut & ragu-ragu (saya juga masih perlu belajar banyak, tapi harus memutuskan cepat) bersyukur (karena dipercaya, sama Allah dan teman-teman), sampai sedih dan ingin menangis tapi nggak sempat (saking hectic-nya, pulang kerja tepar aja yang mampu dilakukan). Eventually, see, I did it. Tuhan memang pasti tepat menempatkan. Menempatkan orangnya, pada waktunya dan pada keadaannya. Kita bisa. Jangan lupa berdonasi kitabisa.com #loh.

Dua, bersyukur selalu, dipercaya itu mahal. Dalam keadaan sempit pekerjaan menggunung sekalipun. Ada orang-orang yang waktunya luang, tugasnya tidak sebanyak kita, tapi bukan karena tugasnya cepat selesai karena sudah expert mengerjakannya, tapi (maaf) karena tidak dipercaya. Kalau kita banyak tugas, kemudian sempat membenak, "kok saya lagi, saya terus", berhenti sekarang juga. Dipercaya itu tidak mudah. Dipercaya itu mahal.

Ketiga, sehat itu harta tidak ternilai, saking mahalnya. Ya, tidak ada seorang pun yang ingin sakit. Tapi kita tidak pernah tahu kapan Tuhan menguji kita dengan sakit. Karena sakitnya kita juga bisa berpengaruh ke kehidupan orang lain. Orang tua dan saudara yang khawatir dan harus menjaga. Teman-teman juga. Momen yang terlewatkan. Kesempatan yang tertinggal. Jaga kesehatan ya kita semua. 


Tiga cerita yang terjadi bersamaan dalam 4 bulan terakhir. Jujur saja cukup menguras perasaan. Cukup sisi positifnya saja yang dibagikan. Drama-drama baper, kesal, dan putus asanya? Ada bangettt. Tapi saat itu saya nggak punya cukup waktu untuk menghayati. Karena banyak hal yang harus diselesaikan. Kalau bapernya dibiarkan menang, apa kata dunia? Professional is not baper. Pada waktunya semua terlewati juga. Tinggal dipanjang-panjangkan lagi sabarnya. Diluas-luaskan lagi hatinya. Semuanya akan berlalu. Hari akan berganti. Dan kemudian selesai. Semoga kita tidak lupa belajar. Harus ada makna dari setiap perjalanan.

Everything shall pass.


Friday 24 August 2018

Happiness is..

Buku Happiness is
(Lisa Swerling & Ralph Lazar)


"Mempermudah hidup orang lain", salah satu dari 500 hal-hal sederhana yang membuat bahagia menurut buku Happiness is. Pada saat sampai di halaman ini, bengong, terkesima sejenak, dicerna. Loading sebentar, kemudian bilang ke diri sendiri, "Iya yaa.." 

Bahagia itu mempermudah hidup orang lain. Tidak harus hal yang besar, hal kecil sekalipun, semisal berbagi sepotong coklat, ataupun sesederhana menggurat senyum agar yang melihat juga ikut tersenyum. Memaklumi kesalahan-kesalahan kecil yang tidak disengaja. Tertawa untuk lelucon yang tidak lucu. Memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang terpaksa melewatkan yang pertama. Mewajarkan kelupaan. Memaafkan ketidaktahuan. Happiness is make someone’s life easier.

Masih ada 499 hal lain di buku Happiness is yang sederhana tapi iya bikin bahagia. Dan rasa-rasanya semua kita alami setiap hari. Membacanya bikin kita senyum-senyum sendiri, sambil bilang, "Iya ya, mi instan saja sudah bikin bahagia kok."


Bahagia itu sederhana.

Thursday 23 August 2018

Be Brave

That being brave didn't mean you weren't scared. Being brave meant you were scared, really scared, badly scared, and you did the right thing anyway.
-Caroline, Neil Gaiman-

Ketakutan itu wajar. Toh kita ini makhluk hidup yang merasakan. Asalkan kita jangan berhenti pada ketakutan itu. Ada yang bilang seperti ini, "Suatu hari nanti kita lebih banyak menyesali hal-hal yg kita putuskan tidak lakukan, daripada menyesali hal-hal yang kita putuskan untuk lakukan". Ya benar juga sih. Tidak perlu suatu hari nanti. Tanya saja diri kita sekarang. Ada berapa banyak penyesalan karena melewatkan kesempatan. Karena ragu-ragu kemudian terlewatkan.

You may be scared, really scared, badly scared, but do the right thing anyway.

Saya bukan seorang pemberani. Ini, ayo. Itu, ayo. Saya tipe pemikir, super introvert. Banyak hal dipikirkan berkali-kali. Tapi membiarkan tanggung jawab tidak dipertanggungjawabkan itu bukan pilihan. Karena bagi saya bentuk paling sederhana dari sebuah keberanian adalah memegang kendali pada setiap tanggung jawab kita. Tidak perlu jauh-jauh dulu harus berani melawan korupsi di negeri ini. Tidak perlu jauh-jauh dulu ke pelosok negeri menjadi relawan. Tidak perlu ekstrim berani menyeru ganti presiden. Semua itu memang pakai keberanian. Be brave enough to play your role.

Oiya, sudahkah kalian membaca novel Coraline? A simple fantasy children book that tells you that you will always to choose to be brave. Karena musuh paling depan dari ketakutan adalah diri kita sendiri. Kita sendiri yang memutuskan berani atau tidak. Kita sendiri yang menjadikan diri kita berani atau takut.

Tapi ingat ya ada yang perlu hitung-hitungan juga. Jangan berani makan cabe sekilo kalau sudah tahu tidak sanggup. Hahaha. Dan saya tidak berani.

Mensyukuri Kemarin

Tahun segera beranjak. Sebelum berharap-harap banyak di tahun besok, jangan lupa mensyukuri hari ini dan kemarin yang telah menjadi bagian dari hidup kita.

Bersyukur karena kita diberi kesempatan menambah catatan sederhana sejarah hidup kita, sampai hari ini. Bisa jadi tanpa kita ketahui dan sadari, kita juga telah menjadi bagian dari sejarah baik hidup orang lain. Semoga kesempatan itu datang lagi di tahun berikutnya.

Bersyukur atas kehadiran-kehadiran, karenanya kita menjadi kuat. Allah yang memberikan segalanya. Keluarga yang selalu menyemangati dan menjadi alasan untuk terus berlari. Sahabat yang selalu membersamai. Mereka yang mendoakan dan mengharapkan kita memperoleh yang baik-baik. Juga mereka orang-orang asing yang bisa jadi kehadirannya tidak kita sadari namun memberi arti.

Bersyukur atas kesehatan, karenanya kita mampu dan sampai di titik ini.

Bersyukur atas pertemuan-pertemuan, karenanya kita belajar lagi. Yang baik mengajarkan untuk menjadi baik dan lebih baik lagi. Yang kurang baik, mengajarkan agar kita tidak menjadi seperti itu.

Bersyukur atas perpisahan-perpisahan, karenanya kita kaya akan pemahaman. Perpisahan mengajarkan kelapangan hati untuk mengijinkan kepergian beranjak, dan memberikan ruang bagi yang akan datang. Karena tidak ada yang akan tinggal selamanya.

Bersyukur atas masalah, karenanya kita bertumbuh dan belajar.

Bersyukur atas kesibukan-kesibukan, karenanya semoga kita semakin berdaya guna, dan ternyata kita mampu berbuat sesuatu.

Bersyukur atas kemauan berbagi, karenanya kesempatan bagi kita untuk bermanfaat bagi yang lain. Sadarkah kita bahwa perasaan ‘mau berbagi’ itu juga anugerah? Nyatanya tidak semua orang yang mampu, mau berbagi bukan? Bisa jadi di tangan kita, ada titipan mewujudkan impian orang lain.

Bersyukur atas kemampuan berbagi, karenanya kesempatan bagi kita untuk nyata bermanfaat bagi yang lain. Semoga dari tangan kita ada impian-impian orang lain yang terwujud.

Bersyukur atas banyak kesempatan-kesempatan lain, karena dengan kesempatan kita menjalani hidup. Kesempatan mengabdi pada-Nya, kesempatan berbakti pada orang tua, kesempatan berbagi, berbuat, kesempatan bertemu orang-orang baru, bertemu buku-buku baik, membaca bacaan-bacaan menarik, kesempatan diberikan nasihat-nasihat bijak. Kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Kesempatan mewujudkan impian. Bahkan kesempatan untuk bermimpi. Dan masih banyak lagi kesempatan yang mungkin tidak kita sadari, malah justru kita lewatkan dan sia-siakan.

Kita akan menutup hari ini dengan bersyukur, lalu menyambut esok juga dengan bersyukur.

Semoga tahun berikutnya, kita terus belajar dan bertumbuh. Semakin banyak memberi manfaat.

Makassar, 31 Desember 2016.


Iya, ini catatan penutup tahun. Pernah di-posting di noediane.tumblr.com. Walaupun catatan penutup, tidak masalah kan di posting kembali di tengah tahun. Karena bersyukur itu selalu.

Jangan lupa bersyukur yaaa

Kembali

Hari ini kembali ke rumah lama.

Pindah itu belum tentu ke tempat yang lebih baik. Tapi pasti untuk tujuan yang lebih baik.
(Teman Imaji, Prawita Mutia)

Sebenarnya sudah satu tahun terakhir jadi jarang menulis. Alasannya ada tiga. Satu, setelah Mei 2017 lalu ikut sebuah pelatihan self improvement saya merasa butuh waktu untuk melihat kembali nilai-nilai diri saya, terutama tentang apa yang saya bagikan ke Media Sosial, yang dibaca orang lain. Jadi menulis lebih hati-hati. Waktu itu masih selalu menulis tapi tidak dibagikan, disimpan di Notes HP.

Alasan nomor dua, HP saya cleaned-up. Ini menyedihkan sekali. Berasa seperti kehidupan di-reset ulang. Bukan karena saya se-addict itu terhadap HP. Tapi karena itu HP baru dan semua isinya belum ada back-up. Termasuk tulisan-tulisan dan catatan-catatan baru. Sejak itu, setiap kali mencoba menulis selalu teringat dengan tulisan-tulisan yang hilang itu. Dan tahukah, saya termasuk orang yang tidak bisa (sangat sulit) menulis sesuatu yang sama dua kali.

Alasan nomor 3, saya banyak alasan. hehehe. Karena saya merasa nyaman berbagi hanya di Tumblr saja, dan berhubung sejak Maret lalu Tumblr diblokir oleh Kominfo, jadi niat menulisnya semakin menyusut. Berharap satu dua hari ke depan blokir Tumblr dibuka kembali. Sayangnya sampai hari harapan saya masih harapan.

Jadi hari ini, kita pindah.

Saya dan tulisan-tulisan saya kembali ke rumah lama ini. Rumah lama yang dibangun dengan semangat 45 saat saya masih 19 Tahun. Sabar sekali rumah ini menunggu pemiliknya kembali. 

Bagi saya menulis itu belajar. Belajar dari kehidupan yang saya miliki. Belajar dari waktu yang saya lalui. Belajar dari kesempatan yang menghampiri.


 
Copyright (c) 2010 The Little Notes. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.